feedburner
Masukan alamat email anda disini (Put your email address here):

Delivered by FeedBurner

feedburner count

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Penulis merupakan seorang mahasiswa yang (masih) terdaftar pada jurusan Ilmu Adm. Fiskal FISIP UI yang rencananya akan secepatnya melakukan sidang skripsi untuk menyelesaikan masa studinya disana (Doakan saya yah bisa cepat selesai kuliah dan juga dapat cepat memperoleh pekerjaan agar tidak menambah jumlah pengangguran di Indonesia tercinta ini.....) Regards,

Using my article

Buat kalian yang ingin memuat atau meng copy-paste article yang ada dalam blog ini mohon mencantumkan sumber asal dari blog ini dan harap menghubungi saya. article ini gratis untuk anda publikasikan akan tetapi mohon cantumkan sumbernya dan berikan link ke blog ini.

Thanks

Wirahman

Insentif Pajak dan Fenomena Race To The Bottom

Labels: , ,

Fenomena race to the bottom dalam hal pemberian insentif pajak ini dapat diartikan sebagai suatu fenomena dimana suatu negara berlomba-lomba untuk memberikan insentif pajak yang berlimpah untuk mendapatkan arus investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Akan tetapi baik disadari maupun tidak, negara-negara tersebut sudah memotong sumber penerimaannya secara besar-besaran.

Fenomena inilah yang sekarang terjadi di beberapa negara terutama negara berkembang seperti Indonesia. Dalam fenomena ini para negara-negara tersebut berlomba untuk memberikan fasilitas pajak yang berlimpah bagi para investor. Apabila pemberian insentif ini diberikan tanpa pertimbangan yang matang maka potensi penerimaan negara dapat banyak berkurang. Dampak dari berkurangnya penerimaan negara ini adalah berkurangnya kemampuan pemerintah untuk mendanai pengeluaran yang diperlukan dalam menjalankan fungsinya sebagai negara.

Dampak lanjutan dari berkurangnya kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya dapat berupa pembangunan yang terhambat, berkurangnya bantuan untuk masyarakat dalam bentuk pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya. Sehingga nantinya dengan adanya dampak ini maka akan mengurangi daya saing negara dan juga menjadikan negara tersebut tidak diminati oleh investor. Misalnya apabila pemerintah tidak dapat membiayai pembangunan infrastruktur maka investor akan berpikir ulang untuk menanamkan modalnya. Apabila bantuan pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat terhambat maka kualitas dari sumber daya manusia Indonesia juga akan menjadi buruk dan tidak dapat bersaing dengan sumber daya manusia dari luar negeri. Apabila pertahanan dan kemanan buruk maka investor sudah pasti tidak akan merasa aman dan nyaman untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Oleh karena itulah fenomena race to the bottom ini apabila tidak dilihat serius akan berdampak fatal bagi negara yang bersangkutan ke depannya. Dalam kasus Indonesia, banyak pihak yang mengajukan fasilitas pajak dalam bentuk tax holiday karena dianggap mampu menarik investor. Untuk jangka pendek memang dimungkinkan untuk menarik investor dalam jumlah banyak, akan tetapi dampak jangka panjang dari pemberian tax holiday ini juga perlu dipikirkan.

Selain itu cara untuk menarik investor juga tidak hanya melalui insentif pajak dengan instrumen pengurangan tarif tapi juga bisa melalui pelayanan pajak yang prima (excellent tax service). Pelayanan pajak yang prima ini juga termasuk dalam insentif perpajakan karena meng-encourage investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Bahkan di beberapa negara maju pelayanan perpajakan yang prima merupakan hal yang lebih diperhatikan daripada pemberian insentif pajak dalam bentuk insentif tarif.

Selain insentif dalam bidang pajak insentif lain yang dapat diberikan oleh pemerintah yaitu dalam bentuk insentif non pajak seperti perizinan, kepastian hukum, keamanan, stabilitas moneter, inflasi yang stabil, adanya sumber daya alam yang memadai, pelayanan perbankan dan keuangan yang sophisticated faktor-faktor ini sebenarnya yang lebih menjadi perangsang. Selain itu juga masalah pertanahan, hak guna usaha atau hak pakai, hak usaha, keluar masuk devisa yang tidak terlalu ketat, perizinan expatriate, dan faktor-faktor non pajak lainnya.

Faktor-faktor non pajak seperti yang disebutkan diatas merupakan jenis insentif yang juga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Terlebih lagi apabila insentif yang diberikan yaitu berupa paket insentif sehingga manfaat yang dirasakan oleh investor akan semakin bertambah. Dilain pihak penerimaan negara juga tidak habis untuk memberikan subsidi tidak langsung kepada para investor.

Jadi, apakah sekiranya Indonesia masih perlu memberikan insentif pajak secara besar-besaran kepada para penanam modal ataukah lebih baik Indonesia membenahi faktor-faktor non-pajak agar investor lebih excited untuk menanamkan modalnya di Indonesia?

Sekali lagi, Just my Opinion,

Regards,

Harry Wirahman.

(Tulisan ini merupakan sebagian dari skripsi yang sedang disusun oleh penulis dalam rangka memperoleh gelar sarjana di FISIP UI)

Keywords: Pajak, Insentif Pajak, Pajak Penghasilan, Kebijakan Pajak, Tax Holiday, Investasi,Penanaman Modal.





0 comments:

Posting Komentar